A.Pendahuluan
Masa anak-anak disebut juga sebagai awal masa kanak-kanak yang memiliki berbagia karakter atau ciri-ciri. Ciri-ciri tercermin dalam sebutan-sebutan yang diberikan oleh para orangtua, pendidik dan ahli psikologi untuk anak usia dini (Hurlock,1993). Bagi orang tua ataupun para pendidik masa anak-anak adalah masa keemasan. Pada usia dini orang tua akan mulai mengetahui potensi anaknya. Disinilah peran pendidik dan orangtua sangat penting karna merekalah yang paling dekat dengan anak-anak tersebut.
Untuk para pendidik, masa awal anak-anak disebut sebagai usia prasekolah. Sebutan ini diberikan dengan maksud untuk membedakan antara anak-anak yang ada dalam pendidikan formal dan yang belum. Oleh karena itu, tekanan yang diberikan untuk anak prasekolah juga berbeda dari yang sudah sekolah, yaitu bahwa usia prasekolah merupakan usia persiapan menuju sekolah formal. Usia ini juga disebut sebagai usia menjelajah atau usia bertanya. Karena pada masa ini seorang anak mengalami proses perkembangan.
Teori konstruktivisme adalah pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, guru sebagai mediator, fasilitator, dan sumber belajar dalam pembelajaran. Diharapkan dengan menerapkan teori konstruktiisme bisa lebih menggali potensi yang dimiliki seorang anak, sehingga perkembangan yang berjalan diharap akan membuahkan hasil yang maksimal.
B. Pembahasan
1. Hakikat perkembangan pada anak
Seifert dan hoffnung (Konsep dasar perkembangan peserta didik, 2011:8) mendefinisikan perkembangan sebagai “long-term changes in a person’s growth, feelings, patterns of thingking, social relationships, and motor skills”.
Menurut F.J. Monks, dkk., (2001), pengertian perkembangan menunjuk pada “suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak dapat diulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali.” Perkembangan juga diartikan sebagai “proses yang kekal dan tetap yang menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan, pematangan, dan belajar.”
Reni Akbar Hawadi (2001), menyebutkan bahwa “perkembangan secara luas menunjuk pada keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang baru. Dalam istilah perkembangan juga tercakup konsep usia, yang diawali dari saat pembuahan dan berakhir dengan kematian.”
Dari beberapa pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perkembangan tidak hanya terbatas pada perumbuhan yang semakin membesar tetapi juga pada serangkaian proses perubahan yang berlangsung terus-menerus, bersifat tetap dari fungsi-fungsi biologis hingga rohani yang bergerak menuju kematangan melalui proses pertumbuhan, pematangan dan belajar.
Fase-fase Perkembangan adalah penahapan atau periodisasi rentang kehidupan manusia yang ditandai oleh ciri-ciri atau pola-pola tingkah laku tertentu. Secara garis besar dibagi menjadi empat dasar pembagian fase yakni: (1) Fase perkembangan berdasarkan ciri-ciri biologis, (2) konsep didaktis, (3) ciri-ciri psikologi, dan (4) konsep tugas perkembangan (Desmita, 2011:26).
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan terbagi menjadi:
(1) Faktor yang berasal dari dalam diri Individu:
Bakat atau pembawaan, Sifat-sifat keturunan, Dorongan dan Instink.
(2) Faktor yang berasal dari luar Individu:
Makanan, Iklim, kebudayaan, ekonomi, kedudukan anak dalam lingkungan keluarga.
(3) Faktor-faktor umum:
Intelegensi, Jenis Kelamin, kelenjar gondok, Kesehatan, Ras.
Karakteristik Perkembangan anak menurut Havigurst meliputi:
1. Menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan aktivitas fisik.
2. Membina hidup sehat.
3. Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok.
4. Belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin.
5. Belajar membaca, menulis, dan berhitung agar mampu berpartisipasi dalam masyarakat.
6. Memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk berpikir efektif.
7. Mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai
8. Mencapai kemandirian pribadi.
2. Faktor yang mempengaruhi optimalisasi potensi anak
Menurut Lusi Nuryanti (Psikologi anak, 2008:56), Potensi anak adalah segala yang dimiliki anak untuk memungkinkannya untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Dari pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa potensi anak adalah segala sesuatu yang dimiliki seorang anak yang unik dan tentunya berbeda satu dengan yang lainnya.
Menurut Reni akbar-hawadi (2001), Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan potensi anak dibagi menjadi dua bagian yakni:
Faktor internal meliputi:
a. Taraf kecerdasan menunjukkan kemampuan berpikir anaka, kemampuan menggunakan nalar, dan kemampuan menyelesaikan masalah menggunakan logika.
b. Konsep diri menunjukkan cara seseorang memandang dirinya sendiri dan kemampuannya.
c. Motivasi berprestasi adalah dorongan pada diri seseorang untuk meraih yang terbaik bidang tertentu, khususnya bidang akademik.
d. Minat adalah kecenderungan seseorang terhadap sesuatu, atau bisa dikatakan apa yang disukai seseorang untuk dilakukan.
e. Bakat adalah kapasitas untuk belajar dan baru akan muncul setelah melalui proses latihan dan usaha pengembangan.
f. Sikap adalah cara seseorang menerima atau menolak sesuatu yang didasarkan pada cara dia memberikan penilaian terhadap objek tertentu yang berguna ataupun tidak bag dirinya.
g. Sistem nilai adalah keyakinan yang dimiliki seseorang tentang cara bertingkah laku dan hasil akhir yang diinginkannya dari tingkah lakunya.
Faktor Eksternal meliputi:
a. Lingkungan Keluarga meliputi keluarga inti (ayah,ibu,dan anak-anaknya) dan keluarga besar (kakek-nenek, paman-tante, kemenakan, dan sepupu).
b. Lingkungan Sekolah adalah lingkungan dimana seorang anak menimba ilmu dan belajar bersosialisasi dengan teman-teman sebaya dan guru.
c. Lingkungan masyarakat adalah lingkungan dimana seorang anak itu tinggal, disini seorang anak akan berinteraksi dengan berbagai jenis karakter orang.
Dari beberapa pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa kedua faktor tersebut memiliki perananya masing-masing dalam mengoptimalkan potensi anak. Dan peran seorang guru disini juga memiliki peran yang penting yakni mengembangkan situasi belajar yang menyenangkan tanpa membebani anak diluar kemampuannya, memberikan tugas sesuai kemampuan anak, menciptakan suasana yang penuh penghargaan sehingga anak mengembangkan potensinya dengan penuh percaya diri, dan tentunya menjalin komunikasi yang baik dengan para orang tua agar guru yang berada disekolah dan orang tua yang menjadi guru anak dirumah bisa bersinergi untuk mengembangkan potensi anak.
3. Penerapan teori konstruktivistik dalam mengembangkan potensi yang dimiliki seorang anak
“Teori Konstruktivistik memahami belajar sebagai proses pembentukan (konstruksi) pengetahuan oleh si belajar itu sendiri” (Evaline Siregar, 2010:39).
Menurut Mark (2009:100), konstruktivisme, disisi lain, mangajukan sebuah pengalaman pembelajaran bertujuan terbuka dimana metode-metode dan hasil-hasil pembelajaran tidaklah dengan mudah diukur dan mungkin tidak menjadi sama dengan setiap pembelajar.
Demikian juga pieget (1991:310) menyebutkan pengetahuan itu bukan sesuatu yang objektif yang ada di lingkungan, melainkan merupakan interaksi antara individu dengan lingkungannya, dan ia mempunyai komponen subyektif maupun objektif.
Dari beberapa pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa teori konstruktifistik adalah pemahaman pebelajar dalam memahami pengetahuan dengan cara pebelajar aktif menggali dan mencari informasi. Peran seorang guru disini adalah menjadi fasilitator dan mediator bagi pebelajar.
Teori ini sangat cocok bila diterapkan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki seorang anak, karena dengan teori ini seorang anak bebas mengekpresikan apa yang diinginkannya. Anak bebas mengembangkan potensi diri. Pebelajar tidak terpaku pada guru, pebelajar dibiasakan untuk belajar mandiri dalam mengembangkan potensi dirinya tentu dengan pengawasan orang tua dan guru sebagai fasilitator dan mediatornya.
Misalnya dalam suatu kasus, seorang anak memiliki potensi untuk mengapresiasi sebuah drama, dalam teori ini anak dilibatkan aktif dalam pembelajaran. Anak akan diajari apa saja unsur-unsur drama, bagaimana cara mengapresiasinya, tugas seorang guru disini hanya sebagai pengawas dan mengarahkan bila seorang anak telah jauh keluar dari pembahasannya. Sorang anak dibebaskan menentukan sumber, arah pikiran,dan keputusan untuk mencapai tujuan akademik yang ingin dicapainya.
Manfaat yang diperoleh seorang anak adalah:
1. Mempertajam analisis
2. Mengasah multiple intelligences
3. Memupuk tanggung jawab
4. Mengembangkan daya tahan mental
5. Meningkatkan keterampilan
6. Memecahkan masalah
7. Mengambil keputusan
8. Berpikir kreatif
9. Berpikir kritis
10. Percaya diri yang kuat
11. Menjadi guru untuk dirinya sendiri.
C. Penutup
Menurut kacamata teori konstruktivistik dalam rangkah pengembangan potensi seorang anak seorang pendidik tidak boleh memaksakan apa yang ingin dia berikan pada anak. Seorang anak dibebaskan untuk menentukan arah pandangan dan berkembang sesuai kemampuan yan dimilikinya seorang guru hanya sebagai mediator, fasilitator, dan sumber belajar dalam pembelajaran. Di dalam penerapannya seorang guru diharapkan mampu memberikan pengalaman-pengalaman baru untuk membentuk kehidupan anak agar menjadi individu yang mandiri ditengah kehidupan sosial masyarakat modern.
D. Daftar Pustaka
Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Dr. H. Martinis Yamin, M. (2012). Desain Baru Pembelajaran Konstruktivistik. Jakarta: Referensi.
Dra. Desmita, M. (2011). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Dra. Evaline Siregar, M. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.
Hamalik, D. O. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Lusi Nuryanti, S. M. (2008). Psikologi Anak. Jakarta: PT Macanan Jaya Cemerlang.
Mark K. Smith, d. (2009). Teori Pembelajaran dan Pengajaran. Yogyakarta: Mirza Media Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar