PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Penulis:
Fanny Amelia (201111100004)
Nur Idatur Rohmah (20111110005)
Maulana Ishaq (20111110011)
Dianty Nur Fitri (20111110013)
Dosen
Pengampu:
Ngatma’in,
M.Pd.
Makalah ini dibuat
untuk memenuhi tugas
mata kuliah Kompetensi Dasar
Mengajar.
Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surabaya
Maret 2014
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Allah,
Tuhan semesta alam yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga
mampu menyelesaikan makalah mata kuliah Kompetensi Dasar
Mengajar yang
tepat pada waktunya dengan judul “Penelitian Tindakan Kelas”.
Makalah ini berisikan tentang penjelasan
penelitian tindakan kelas. Diharapkan makalah ini
dapat memberikan informasi kepada para pembaca umumnya khususnya kepada
penulis.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna,oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya
membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, disampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Amiiin..
Surabaya,
13 Maret 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR
ISI.......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah......................................................................................................1
1.2 Rumusan
Masalah................................................................................................................1
1.3 Tujuan...................................................................................................................................1
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Konsep
Dasar Penelitian Tindakan Kelas............................................................................2
2.2 Jenis-jenis
Penelitian Tindakan Kelas.................................................................................4
2.3 Metodologi
Penelitian dan prosedur perencanaan Pelaksanaan Tindakan Kelas...............7
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan............................................................................................................................18
3.2
Saran..................................................................................................................................18
DAFTAR
PUSTAKA……………………..........…………………………….................19
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Para penyelenggara pendidikan khususnya yang berada
pada jalur sekolah akhir-akhir ini banyak menerima kritik dari masyarakat,
pemerintah, orang tua dan bahkan siswa sendiri tentang berbagai hal mulai dari
nilai UAS, UNAS yang menurun , penguasaan materi pelajaran oleh siswa yang
kurang memuaskan, kurangnya kreativitas pembelajaran , dan sikap penolakan
terhadap pembaharuan yang disebabkan oleh banyaknya tugas dari luar tugas pokok
yang dibebankan guru. (trianto, 2012: 1)
Oleh karenanya
perlu upaya untuk melepaskan kritik-kritik tersebut salah satunya adalah dengan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam
makalah ini kita akan membahas lebih mendalam tentang konsep dasar PTK,
jenis-jenis PTK, metodologi PTK, dan prosedur perencanaan PTK.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana
konsep dasar Penelitian Tindakan Kelas?
2. Bagaimana
jenis-jenis Penelitian Tindakan Kelas?
3. Bagaimana
metodologi Penelitian dan prosedur perencanaan Pelaksanaan Tindakan Kelas?
1.3 Tujuan
1. Untuk
mengetahui bagaimana konsep dasar dan macam-macam Penelitian Tindakan Kelas.
2. Untuk
mengetahui jenis-jenis Penelitian
Tindakan Kelas.
3. Untuk
mengetahui bagaimana metodologi Penelitian dan prosedur perencanaan Pelaksanaan
Tindakan Kelas.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas
A.
Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas berasal dan istilah bahasa
inggris Classroom action Research,
yaitu berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui
akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut.
Pertama kali penelitian tindakan kelas diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial
Amerika Serikat Kurt Lewin pada tahun 1946, yang selanjutnya dikembangkan oleh
Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart, John Elliot, dave Ebbutt dan lainnya. (Trianto, 2012:13 )
Penelitian kulaitatif
yang dilakukan oleh guru sendiri ketika mendapatkan permasalahan dalam
pembelajaran dan mencarikan solusinya dalam upaya memperbaiki kualitas
pembelajarannya. Jika kita perhatikan,
maka titik tumpu (orientasi) dari pada PTK adalah suatu kegiatan penelitian
dengan mencermati sebuah kegiatan pembelajaran yang diberikan tindakan, yang
secara sengaja dimunculkan dalam sebuah kelas, yang bertujuan memecahkan
masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas tersebut. (Trianto, 2012:13 )
Penelitian
Tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa
sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan guru yang
dilakukan siswa. (Suharsimi,2011: 4)
Dari pemaparan
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah
usaha mengamati kegiatan belajar mengajar dikelas dan mengaplikasi atau menerapkan
sebagai suatu tindakan yang diharapkan memperbaiki kondisi yang ada. Dalam penelitian tindakan kelas berurusan
langsung dengan lapangan atau dengan kata lain praktik.
B.
Ruang Lingkup Bidang Kajian Penelitian Tindakan Kelas
1. Masalah
belajar siswa disekolah, termasuk di dalam tema ini, antara lain: masalah
belajar di kelas, kesalahan-kesalahan pembelajaran, miskonsepsi.
2. Desain
dan strategi pembelajaran di kelas yang meliputi, tema ini, antara lain:
masalah pengelolaan dan prosedur pembelajaran, implementasi dan inovasi dalam
metode pembelajran, interaksi di dalam kelas, partisipasi orangtua dalam proses
belajar siswa.
3. Alat
bantu, media dan sumber belajar, termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah
penggunaan media perpustakaan, dan sumber belajar di dalam atau luar kelas,
peningkatan hubungan antara sekolah dan masyarakat.
4. Sistem
asesmen dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran (termasuk dalam tema ini,
antara lain: masalah evaluasi awal dan hasil pembelajran dan pengembangan
instrumen asesmen berbasis kompetensi).
5. Pengembangan
pribadi peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya yang termasuk
dalam tema ini antara lain: peningkatan kemandirian dan tanggungjawab peserta
didik, peningkatan keefektifan hubungan antara pendidik-peserta didik dan orang
tua dalam PBM, peningkatan konsep diri peserta didik.
6. Masalah
kurikulum yang termasuk dalam tema ini antara lain: implementasi kurikulum
misalnya KBK atau KTSP, urutan penyajian materi pokok, interaksi guru-siswa,
siswa-materi ajar, dan siswa-lingkungan belajar. (Trianto,2012:17 )
C. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas.
1)
Untuk
memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal
tersebut dapat dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan.
2)
Untuk
meningkatkan kegiatan nyata guru dalam pengembangan profesionalnya.
3)
Untuk
memperbaiki berbagai persoalan nyata
dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung
dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar. (Suharsimi,2011: 60)
D. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
1. Merupakan
salah satu bagian dari strategi penelitian kualitatif dengan model
konstruktivis, yang digunakan untuk mendeskripsikan clan pengambilan keputusan
secara kritis berdasarkan rekaman, pemantauan dan evaluasi terhadap tindakan
dan hasil tindakan.
2. Bersifat
siklus dan sikuensial. Siklus artinya pelaksanaan PTK bersifat berulang-ulang.
Sikuensial artinya pelaksanaan PTK dilakyukan tahap demi tahap secara
berurutan.
3. Bersifat
longitudinal., artinya berlangsung dalam jangka waktu tertentu secara kontinue
untuk memperoleh data yang diperlakukan.
4. Bersifat
partikular-spesifik, artinya hasil PTK tidak dimaksudkan untuk menggeneralisasi
penemuan dalam rangka dalil, teori atau hipotesis yang berlaku untuk semua
situasi.
5. Bersifat
partisipatoris, artinya proses PTK itu tidak hanya diarahkan pada upaya
perubahan cara belajar siswa, tetapi juga guru (sebagai peneliti dan pengajar
yang diteliti) harus terjadi perubahan ke arah yang lebih baik (berkualitas).
6. Bersifat
kolaboratif atau kooperatif, artinya proses PTK selalu terjadi kerjasama antara
guru atau peneliti atau antara peneliti dengan pihak-pihak terkait.
7. Bertujuan
mengubah keadaan nyata sehari-hari di kelas.
(Trianto,2012:22 )
2.2
Jenis-jenis Penelitian
Tindakan Kelas
1. Penelitian
Tindakan Diagnostik
Penelitian tindakan diagnostik ini dirancang untuk
menuntun kea rah tindakan. Dalam
bentuknya yang paling jelas penelitian tindakan diagnostik dapat dijelaskan
sebagai berikut: Agen penelitiannya memasuki situasi yang telah ada, dan akan
lebih bagus jika karena diundang. Agen itu mendiagnosis situasinya. Misalnya,
seorang dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang ahli dalam penelitian
tindakan diundang oleh Dinas Pendidikan untuk mempelajari kelas-kelas bahasa
Inggris di suatu SMK, yang siswa-siswanya ketika lulus diharapkan mahir berbahasa
Inggris secara fungsional dalam bidang kejuruannya. Ia mengamati secara cermat
proses pembelajaran bahasa Inggris di beberapa kelas, memeriksa silabusnya,
memeriksa sumber belajar yang ada, dan sebagainya. Ia kemudian menganalisis semua data dan kemudian
ia membuat berbagai rekomendasi tentang tindakan perbaikannya. Contoh lain
penelitian tindakan diagnostik yang dapat dilakukan adalah penelitian yang
dilakukan di suatu sekolah, atau organisasi masyarakat tertentu. Di sekolah
tersebut banyak terjadi pertengkaran antar beberapa kelompok siswa yang sering
diikuti oleh perkelahian. Suatu tim peneliti dari lembaga penelitian diundang.
Wakil tiap-tiap kelompok siswa dan juga ketua-ketua kelasnya diwawancarai
tentang sikapnya terhadap kelompok yang lain, kepuasannya, kekecewaannya, dan
keikutsertaannya dalam kegiatan sekolah. Informasi yang diperoleh ditabulasikan
dan ditabulasi silang, hasil-hasilnya dianalisis, dan rekomendasi dibuat.
Rekomendasi itu sendiri tidak diuji
sebelumnya, dan juga bukan merupakan obyek penelitian tertentu. Rekomendasi itu
dihasilkan lebih kurang melalui proses intuitif berdasarkan kumpulan pengalaman
masa lalu dan diagnosis saat itu. Karena rekomendasi dibuat oleh seorang ahli
penelitian atau tim peneliti yang tidak terlibat dalam kehidupan dalam ajang
sasaran, ada kemungkinan bahwa rekomendasi tersebut tidak realistic. Inilah
kelemahan penelitian jenis.
2. Penelitian
Tindakan Partisipan
Penelitian tindakan jenis ini tumbuh dan berkembang
karena dua kelemahan penelitian tindakan jenis pertama di atas: (1) diagnosis
tidak selalu mendorong dilakukannya tindakan. Dan (2) ketidakterlibatan tim
peneliti dalam masyarakat terkait kurang menjamin pelaksanaan tindakan yang
disarankan. Gagasan sentral penelitian tindakan partisipan ini adalah bahwa
orang yang akan melakukan tindakan harus juga terlibat dalam proses penelitian
dari awal. Dengan demikian, mereka itu tidak hanya dapat menyadari perlunya
melaksanakan program tindakan tertentu, tetapi secara jiwa raga akan terlibat
dalam program tindakan tersebut.
Contoh penelitian tindakan jenis ini dapat
sama dengan contoh pada jenis pertama di atas, namun peneliti harus berada di
sekolah dari awal penelitiannya, yaitu pada waktu mendiagnosis / menganalisis
keadaan dan melihat kesenjangan antara keadaan nyata dan keadaan yang
diinginkan dan merumuskan rencana tindakan.
Kelemahannya adalah bahwa model ini menuntut curahan
tenaga, pikiran, dan waktu peneliti, yang kadang sulit dipenuhi karena dia juga
memiliki pekerjaan sendiri.
3. Penelitian
Tindakan Empiris
Gagasan dasar penelitian tindakan jenis ini adalah
melakukan sesuatu dan membukukan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi.
Proses penelitiannya pada pokoknya berkenaan dengan penyimpanan catatan dan
pengumpulan pengalaman dalam pekerjaan sehari-hari.
Sebuah
contoh dapat diberikan sebagai berikut. Pengurus jurusan di suatu perguruan
tinggi melihat adanya masalah dalam proses rapat jurusan. Dia mengemukakan
kepeduliannya di depan forum dosen, dan dia sangat lega karena semua dosen
merasakan hal yang sama. Dia mengajak semua dosen untuk bersama-sama merumuskan
tindakan apa yang mesti dilakukan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil
belajar.
Kelemahan penelitian tindakan jenis ini adalah bahwa
simpulan ditarik dari pengalaman dengan satu kelompok atau beberapa kelompok
yang berbeda dalam berbagai segi yang tak terkontrol. Meskipun punya kelemahan,
penelitian tindakan empiris dapat menuntun peneliti untuk mengembangkan secara
bertahap prinsip yang secara umum sahih.
Penelitian jenis ini cukup banyak kelemahannya,
diantaranya:
a. Banyak
organisator dan pimpinan kelompok yang tidak memiliki kemampuan merumuskan
hipotesis tindakan secara eksplisit atau menyatakan simpulannya secara cermat.
b. Pelaku
penelitian yang juga dibebani dengan tanggung jawab tindakan biasanya tidak
mampu menyisihkan waktu untuk mencatat secara lengkap amatannya atau dalam
beberapa hal bahkan tidak dapat melakukan amatan itu sendiri.
c. Jika
penyimpanan catatan benar-benar memadai, biasanya begitu banyak yang berhasil
dikumpulkan, sehingga memerlukan usaha yang sangat besar untuk menganalisis
seluruhnya.
d. Bahkan
dengan niat yang terbaik sekalipun sulit bagi pelaku penelitian untuk
benar-benar obyektif dalam menilaikeluaran usaha tindakannya sendiri. Faktor
luar selalu mempengaruhi apa yang terjadi dalam situasi kelompok, dan
penafsiran terhadap pengaruhnya selalu agak subjektif.
4. Penelitian
Tindakan Eksperimental
Penelitian tindakan eksperimental adalah penelitian
yang berbagai teknik tindakannya sangkil. Hampir selalu ada lebih dari satu
cara untuk mencapai sesuatu.
Dari semua jenis penelitian tindakan, jenis
eksperimental memiliki nilai potensial terbesar untuk kemajuan pengetahuan
ilmiah karena dalam keadaan yang menguntungkan memberikan ujicoba yang mantap
tentang hipotesis tertentu. Akan tetapi ia merupakan bentuk penelitian tindakan
yang tersulit untuk dilaksanakan dengan berhasil. Kesulitan-kesulitan yang
mungkin timbul termasuk:
a. Keterbatasan
kemampuan peneliti dalam membuat prediksi keakuratannya;
b. Kekurang
mampuan peneliti dalam mengontrol jalannya tindakan sosial; dan
c. Kekurang
mampuan peneliti dalam melakukan pengukuran yang layak sesuai dengan sifat
dasar hubungan sosial.
Kesulitan ini sebagian besar dapat
dihindari jika program penelitiannya dari awal direncanakan dengan bekerja sama
dengan agen pelaksana yang bertanggung jawab atas pemantauan pelaksanaannya,
sehingga tindakan yang perlu benar-benar dilaksanakan. Hal penting yang perlu
dicatat adalah bahwa penelitian tindakan eksperimental akan berhasil jika
didukung oleh perencanaan dan kerja sama yang sangat baik dengan setiap orang
yang terkait dengan program tersebut.
Pemilihan
jenis penelitian tindakan akan sangat ditentukan oleh kondisi dan situasi yang
dihadapi oleh peneliti. Namun, hendaknya kelemahan-kelemahan setiap jenis
selalu diingat sehingga manfaat dapat dipetik secara optimal.
2.3
Metode Penelitian Tindak Kelas
A. SETTING
Setting artinya penelitian perlu diuraikan secara
rinci karena penting artinya bagi guru lain yang ingin meniru keberhasilan yang
telah dilakukan. Mereka tentu akan mempertimbangkan masak-masak apakah ada
kemiripan antara setting sekolahnya dengan setting penelitian yang sudah ada
(Trianto, 2010:53). Setting yaitu lokasi yang digunakan untuk lokasi tersebut
yang harus diperhatikan dalam melakukan PTK yaitu kondisi siswa dan kelas yang
mau dituju untuk PTK.
Dalam setting ini biasanya dipaparkan tentang subyek
dan waktu penelitian. Sebagai contoh penelitian dilakukan pada siswa kelas X
Semester genap Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Surabaya tahun pelajaran 2008-2009
(Trianto, 2010:53).
Berkaitan dengan waktu penelitian, karena kegiatan
PTK include dengan jadual PBM maka waktunya pun mengikuti jadual pelajaran yang
telah ditetapkan oleh sekolah. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi tumpang
tindih materi yang diterima oleh peserta didik. Sedangkan untuk uji awal dan
uji akhir dapat dilakukan di dalam ataupun di luar jam pelajaran. Berikut
disajikan contoh waktu atau jadual pengambilan data dalam PTK (Trianto, 2010:53).
Contoh waktu kegiatan PTK
No
|
Kegiatan
|
Waktu
Pelaksanaan
|
1
|
Tes
Awal
|
3
agustus 2009 (minggu l)
|
2
|
Pelaksanaan
tindakan
|
10,
17, 24 agustus 2009 (minggu ll, lll, Lv)
|
3
|
Tes
akhir
|
1
september 2009
|
B. METODE
DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data hakikatnya
adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.
Metode pengumpulan data penelitian, antara lain angket, wawancara,
pengamatan, ujian, dokumentasi, dan lain sebagainya.
Instrumen pengumpulan data adalah alat
bantu yang dipilih dan digunakan oleh penelitian dalam kegiatannya mengumpulkan
agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Berdasarkan
definisi tersebut suatu instrumen berfungsi untuk menjaring data-data hasil
penelitian. Instrumen juga diartikan sebagai alat bantu merupakan sarana yang
dapat diwujudkan dalam benda, misalnya angket, daftar cocok, pedoman wawancara,
lembar atau panduan pengamatan , soal tes, inventori, skala dan lainya
(Trianto, 2010:54).
Tabel
Pasangan Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
No
|
Jenis Metode
|
Jenis Instrumen
|
1
|
Angket (questionnaire)
|
Angket (questionnaire)
Daftar cocok (check list)
Skal (scale), inventori (invertory)
|
2
|
Wawancara (interview)
|
Pedoman wawancara (interview guide)
Daftar cocok (check list)
|
3
|
Pengamatan
(observation)
|
Lembar pengamatan (observation sheet),
Panduan pengamatan/observasi
(observation
schedule)
Daftar cocok (check list)
|
4
|
Ujian atau tes (test)
|
Soal ujian, soal tes atau tes (test)
Inventori (inventory)
Daftar cocok (check list)
Tabel (table)
|
C. Jenis
Instumen Pengumpulan Data
Instumen merupakan bagian yang tidak kalah
pentingnya dalam pelaksanaan PTK. Jenis instrumen harus sesuai dengan
karakteristik variabel yang diamati. Triangsuran dan saturasi (kejenuhan
informasi) perlu diperhatikan untuk menjamin validitas data.
Instrumen berfungsi untuk menjaring data-data hasil
penelitian. Ini biasa disebut dengan catatan lapangan. Berikut disajikan
beberapa contoh instrumen penjaring data-data penelitian (Trianto, 2010:55).
1. Catatan
Lapangan
Masalah utama dalam observasi adalah bagaimana bisa
mengingat data lapangan dalam kurun waktu cukup lama, sebab seringkali tidak
mungkin mengobservasi sambil membuat catatan yang rinci, untuk kemudian
mencatatnya dengan rinci dalam bentuk catatan lapangan. Agar tidak lupa
mencatat data tersebut catatan lapangan, diperlukan adanya pencatatan tambahan
dalam bentuk: (1) Catatan Pendek; (2) Catatan Harian; dan (3) Log Lapangan.
Agar mudah, sebaiknya digunakan lembaran kertas bergaris. Rincian mengenai nama
observer, jam pencatatan, dan lokasi kegiatan hendaknya dikemukakan.
Pendeskripsian hendaknya rinci (Trianto, 2010:55).
2. Angket
(questionnaire)
Angket adalah kumpulan dari pertanyaan yang diajukan
secara tertulis kepada seseorang (responden), dan cara menjawab juga dilakukan
dengan tertulis. Angket juga diartikan sebagai daftar pertanyaan yang diberikan
kepada orang lain dengan maksud agar orang yang diberi tersebut bersedia
memberikan respons sesuai dengan permintaan pengguna (peneliti).
Menurut cara memberikan respons, angket dibedakan
menjadi dua jenis. Pertama, angket
terbuka. Angket terbuka adalah angket yang disajikan dalam bentuka. Angket
terbuka adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga
responden dapat memberikan isian sesuai dengan kehendak dan keadaannya. Angket
terbuka digunakan apabila peneliti belum dapat memperkirakan atau menduga
kemungkinan alternatif jawaban yang ada pada responden.
Kedua angket
tertutup. Angket tertutup yaitu angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian
rupa sehingga responden tinggal memberikan tanda centang (√ ) pada kolom atau tempat yang sesuai (Trianto,
2010:57-58).
3. Daftar
Cocok atau Ceklis (Checklist)
Ceklis adalah kumpulan dari pernyataan atau
pertanyaan yang pengisiannya dilakukan oleh responden. Ceklis biasanya
dilakukangan dengan memberikan tanda centang
(√) pada tempat-tempat yang sudah disediakan. Jadi ceklis sebenarnya
merupakan semacam angket juga cara pengisiannya dengan memberikan tanda cocok
atau centang.
Dalam pencatatan data lapangan dapat digunakan
ceklis, yang pelaksanaannya di lapangan lebih ringan dibanding catatan
lapangan. Walaupun data yang terekam tidak sekaya data dalam catatan lapangan,
tetapi masih cukup kaya dalam perekaman data lapangan.
4. Lembar
Pengamatan (Observasi)
Selain menggunakan catatan lapangan yang bersifat
agak bebas dalam arti pengamat (peneliti) secara bebas mendeskripsikan setiap
kejadian (momen) dalam pembelajarannya. Maka lembar pengamatan lebih bersifat
terstuktur, yaitu sudah terdapat pedoman-pedoman terinci yang berisi
langkah-langkah yang dilakukan sehingga pengamat tinggal melakukan check list atau menghitung berapa
frekuensi yang telah dilakukan oleh subyek penelitian.
Contoh
lembar pengamatan dalam PTK adalah: (1) lembar pengamatan aktivitas guru dalam
mengelola KBM; dan (2) lembar aktivitas siswa dalam PMB.
a. Lembar
pengamatan aktivitas guru dalam mengelola PMB
Lembar
ini dipergunakan untuk mengamati aktivitas guru dalam mengelola PMB. Lembar ini
berisi langkah-langkah yang harus dilakukan guru.
b. Lembar
ini dipergunakan untuk mengamati aktivitas siswa dalam PMB. Lembar ini berisi
langkah-langkah yang harus dilakukan siswa (Trianto, 2010:61).
5. Wawancara
(interview)
Wawancara dipergunakan untuk menggali beberapa hal
berkaitan dengan masalah pembelajaran. Misalnya, adakah materi dari PMB yang
dianggap sulit, atau apakah model pembelajaran guru menarik bagi siswa.
Wawancara
pada dasarnya meliputi dua jenis, yaitu wawancara yang terstruktur dan tidak
terstruktur. Wawancara terstruktur
adalah jenis wawancara dimana pertanyaan-pertanyaan telah disusun
sedemikian rupa sehingga runtut. Sedangkan pada wawancara tidak struktur
pertanyaan-pertanyaan tidak disusun secara ketat (Trianto, 2010:61).
6. Tes
Hasil Belajar
Tes
hasil belajar dipergunakan untuk mengukur tingkat ketuntasan belajar siswa,
berupa nilai yang diperoleh dari pelaksanaan tes. Tes ini terdiri dari tes
produk dan tes proses (Trianto, 2010:61).
D. TEKNIK
PENGUMPULAN DATA
Teknik-teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data
adalah:
1. Pemberian
Tes
Pemberian
tes dilakukan dua kali, yaitu sebelum proses pembelajaran dimulai (pretest) dan
sesudah protes pembelajaran (posttest). Ada 2 (dua) macam tes, yaitu: (1) Tes
produk untuk mengukur aspek kognitif yang telah dimiliki siswa. Dengan kata
lain tes proses ini digunakan untuk mengetahui ketuntasan TPK, ketuntasan
belajar siswa, dan sensitivitas butir soal yang digunakan.
2. Pengamatan
(observasi)
Pengamatan
dilakukan pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Pengamatan ini
bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan RPP dan aktivitas siswa selama
pembelajaran.
3. Penyebaran
angket
Penyebaran
angket dilakukan setelah proses pembelajaran penyebaran angket bertujuan untuk
mengetahui respon siswa terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan. Angket
dapat berupa komentar (angket terbuka) atau pun pertanyaan-pertanyaan yang
telah dilengkapi dengan jawaban, sehingga siswa tinggal memilih yang sesuai
dengan pendapatnya (angket tertutup) (Trianto, 2010:62).
E. TEKNIK
ANALISIS DATA
Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif. Tujuan dari analisis
ini adalah untuk mendeskripsikan kegiatan siswa selama proses belajar mengajar.
Analisis deskriptif yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Analisis
Pengamatan Aktivitas Siswa
Untuk
menganalisis data aktivitas siswa yang diamati digunakan teknik prosentase (%),
yakni banyaknya frekuensi tiap aktivitas dibagi dengan seluruh aktivitas
dikalikan dengan 100.
Persentase
respon siswa X 100%
Dimana
:
A
= proporsi siswa yang memilih
B
= jumlah siswa (responden)
Realiabilitas
instrumen pengamatan aktivitas siswa dihitung dengan teknik inter observer agreement.
Pada saat uji coba ada dua pengamat menggunakan instrumen yang sama untuk
mengamati karakteristik yang sama. Rumus
yang digunakan untuk menghitung reliabilitas adalah rumus Emmer dan Millet:
Percentage
of agreement = 100% [ 1-A – B ] (Borich, 1994:385)
A+B
Keterangan
:
A
= Frekuensi aspek tingkah laku yang teramati oleh pengamat yang memberikan
frekuensi tinggi
B
= Frekuensi aspek tingkah laku yang teramati oleh pengamat yang memberikan
frekuensi rendah
Instrumen
dikatakan baik jika mempunyai koefisien reliabilitas (Trianto, 2010:62-63).
2. Analisis
Tes Hasil Belajar
Untuk
menentukan ketuntasan belajar siswa digunakan instrumen tes hasil belajar siswa
yang meliputi produk, proses, dan psikomotor. Penentuan ketuntasan berdasarkan
penilaian acuan patokan, yaitu sejauh mana kemampuan yang ditargetkan dapat
dikuasi siswa dengan cara menghitung proporsi jumlah siswa yang menjawab benar
dibagi dengan jumlah siswa seluruhnya. Rumusnya adalah:
KB
=
x 100 %
Dimana
: KB = ketuntasan belajar
T = jumlah skor yang
diperoleh siswa
Tt = jumlah
skor total
Setiap
siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika proposal jawaban
benar siswa > 75% (Depdiknas, 2002:32)
Validitas
butir soal diperoleh dengan cara menghitung sensitivitas tiap butir soal. Nilai
ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana tiap-tiap butir soal mampu mengukur
efek pembelajaran. Jika suatu soal dijawab dengan benar oleh semua siswa
sebelum dan sesudah pembelajaran, maka soal itu tidak memenuhi fungsinya. Butir
soal yang sensitif akan dijawab oleh lebih banyak siswa sesudah pembelajaran
dibandingkan sebelumnya. Untuk menghitung sensitivitas butir soal dengan cara
mengurungkan jawaban benar siswa pada uji awal dibagi dengan jumlah siswa.
Rumusnya adalah:
Sensitivity
= (Groundlund, 1982)
Keterangan
:
Ra = jumlah siswa yang menjawab benar
pada akhir
Rb = jumlah siswa yang menjawab benar
pada tes awal
T
= jumlah siswa yang mengikuti tes
Menurut
Aiken (1997: 69), butir soal dikatakan baik apabila sensitivitas berada antara
0 dan 1, kriteria yang dipakai untuk menyatakan bahwa butir soal peka terhadap
pembelajaran jika S 0,30 (Trianto,
2010:63-64).
3. Matriks
Metode Penelitian
Matriks
penelitian dibuat untuk memudahkan penentuan sistematika atau prosedur
penelitian. Matriks ini berisi tujuan penelitian, variabel, definisi
operasional variabel, instrumen penelitian, sumber data, teknik pengambilan
data, dan analisis data (Trianto, 2010:64).
Ø Prosedur
Perencanaan Dan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas,
langkah-langkah/prosedur umum yang dapat dilakukan meliputi:
1.
Pengembangan/Penetapan Fokus Penelitian
a.
Merasakan adanya masalah
Permasalahan yang diangkat dalam Penelitian Tindakan
Kelas harus benar-benar merupakan masalah yang dihayati oleh guru dalam praktek
pembelajaran yang dikelolanya, bukan masalah yang disarankan, apalagi
disarankan oleh pihak luar.
Permasalahan tersebut dapat bersumber dari siswa,
guru, bahan ajar, kurikulum,
hasil belajar, dan interaksi pembelajaran.
b.
Identifikasi Masalah
Pada tahap ini yang penting dilakukan adalah
menghasilkan gagasan-gagasan awal mengenai permasalahan aktual yang dialami
guru di kelas. Berangkat dari gagasan-gagasan awal tersebut guru dapat berbuat
sesuatu untuk memperbaiki keadaan dengan menggunakan PTK.
c.
Analisis Masalah
Setelah memperoleh sekian banyak permasalahan melalui proses identifikasi,
maka
selanjutnya melakukan analisis terhadap
masalah-masalah tersebut untuk menentukan urgensi mengatasinya. Dalam hal ini
nantinya akan ditemukan permasalahan yang sangat mendesak untuk diatasi
(pembatasan masalah).
d.
Perumusan Masalah
Setelah menetapkan fokus penelitian, maka perlu
dilakukan perumusan masalah secara lebih
jelas, spesifik, dan operasional.
2. Perencanaan Tindakan
a. Perumusan/Formulasi solusi
dalam bentuk hipotesis tindakan
Agar dapat
menyusun hipotesis tindakan dengan tepat maka peneliti dapat melakukan:
1) kajian teoritik dibidang pembelajaran
2) kajian hasil penelitian yang relevan
3) diskusi dengan teman sejawat
4) kajian pendapat para pakar
5)merefleksi pengalaman sendiri sebagai guru
b. Analisis Kelaikan Hipotesis
Tindakan
Pada langkah ini peneliti perlu mengkaji kelaikan dari
sejumlah hipotesis tindakan yang diperolehnya baik dari segi jarak antara
kondisi riil dengan situasi ideal yang dijadikan rujukan. Hipotesis tindakan
harus dapat diuji secara empirik, ini berarti bahwa implementasi tindakan yang
dilakukan maupun dampak yang diperolehnya harus dapat diamati oleh guru selaku
peneliti.
c. Persiapan Tindakan
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam langkah ini diantaranya:
1)membuat
skenario pembelajaran
2)mempersiapkan fasilitas/sarana pendukung yang diperlukan
3)mempersiapkan cara merekan dan menganalisis data
4)melakukan simulasi pelaksanaan tindakan (jika dipandang perlu)
3. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi-Interpretasi
a. Pelaksanaan Tindakan
Setelah semua kegiatan persiapan selesai, maka
skenario tindakan perbaikan yang telah direncanakan kemudian dilakukan dalam
situasi yang nyata. Kegiatan ini merupakan kegiatan pokok dalam siklus
penelitian tindakan kelas. Dalam kegiatan pelaksanaan tindakan ini juga
dibarengi kegiatan observasi dan intrepretasi serta kegiatan refleksi.
b. Observasi dan Interpretasi
Dalam penelitian tindakan kelas,
observasi merupakan upaya untuk merekam segala peristiwa/kegiatan yang yang
terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung dengan atau tanpa alat bantu
tertentu. Hal penting untuk dicatat pada kesempatan ini adalah kadar
interpretasi yang terlibat dalam rekaman hasil observasi.
c.
Diskusi balikan
Observasi yang dilakukan akan memberikan kemanfaatan
yang banyak jika pelaksanaannya
diikuti dengan diskusi balikan. Diskusi
balikan sebaiknya dilakukan tidak terlalu lama dari
waktu observasi, bertolak dari rekaman data yang dibuat oleh pengamat,
diinterpretasikan bersama-sama antara pelaku tindakan perbaikan dan pengamat,
dan pembahasan mengacu pada penetapan sasaran dan strategi perbaikan untuk
menentukan perencanaan selanjutnya.
4. Analisis dan Refleksi
a. Analisis
data
Analisis data adalah proses menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan,
mengabstraksikan, mengorganisasikan secara urut/sistematis dan rasional
untuk
menampilkan bahan-bahan yang dapat digunakan untuk menyusun jawaban
terhadap tujuan penelitian tindakan kelas. Analisis
data yang bersifat kualitatif dapat dilakukan melalui tiga tahapan yaitu
reduksi data, paparan data, dan penyimpulan.
Reduksi data yaitu proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi,
pemfokusan, dan pengabstraksian data mentah menjadi informasi yang bermakna.
Paparan data yaitu proses penampilan data secara lebih sederhana dalam bentuk
paparan naratif, representasi tabular, matriks, representasi grafis maupun
lainnya. Sedangkan penyimpulan adalah proses pengambilan intisari dari sajian
data yang telah diorganisir tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat dan atau
rumusan yang singkat dan padat. Sedangkan data yang bersifat kuantitatif dapat
dianalisis menggunakan analisis statistik.
b. Refleksi
telah dan atau yang tidak terjadi, apa yang telah dihasilkan atau belum
berhasil dituntaskan melalui tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Hasil
dari refleksi ini akan digunakan untuk menetapkan langkah-langkah lebih lanjut
dalam upaya mencapai tujuanpenelitian tindakan kelasyang ditetapkan.
Dengan perkataan lain refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan
dan kegagalan dalam mencapai tujuan sementara, dan untuk menentukan tindak
lanjut dalam rangka mencapai akhir.
5. Perencanaan Tindak Lanjut
Hasil analisis dan refleksi akan menentukan apakah tindakan yang telah
dilaksanakan telah dapat mengatasi masalah dalam penelitian tindakan kelas ini
atau belum. Apabila hasilnya belum memuaskan atau masalahnya belumterselesaikan,
maka perlu dilakukan tindakan perbaikan lanjutan dengan memperbaiki tindakan
perbaikan sebelumnya atau bila perlu dengan menyusun tindakan perbaikan yang
betul-betul baru untuk mengatasi masalah yang ada. Dengan perkataan lain, jika
masalah yang diteliti belum tuntas atau belum memuaskan pengatasannya, maka
penelitian tindakan kelas harus dilanjutkan pada siklus 2 dengan prosedur yang
sama seperti siklus ke 1 yaitu perumusan masalah, perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, dan analisis-refleksi. Dan
jika pada siklus 2 permasalahan telah terselesaikan/hasil sudah memuaskan, maka
tidak perlu dilanjutkan siklus 3. Namun jikapada siklus 2 masalahnya belum
terselesaikan/hasilnya belum memuaskan maka perlu dilanjutkan dengan siklus ke
3, dan seterusnya.
Dalam dalam penelitian tindakan kelas jumlah siklus sebenarnya tidak dapat
ditentukan lebih dahulu, hal ini tergantung kepada permasalahannya. Ada
penelitian tindakan kelas yang mungkin cukup satu siklus, tetapi ada juga yang
memerlukan beberapa siklus.
Dengan demikian banyak sedikitnya jumlah siklus dalam penelitian tindakan
kelas tergantung kepada terselesaikannya masalah yang diteliti.
Menurut
Lewis (dalam Syamsuddin, 2011: 234) langkah-langkah kegiatan penelitian itu
meliputi:
ü Mengidentifikasi
gagasan/ permasalahan umum
ü Melakukan
pengecekan di lapangan
ü Membuat
perencanaan umum
ü Mengembangkan
tindakan pertama
ü Mengimplementasikan
tindakan pertama
ü Mengevaluasi
ü Merevisi
perencanaan, untuk tindakan kedua, dst.
1. Merasakan
dan mengidentifikasi masalah
Dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan
pembelajaran secara lebih professional, guru harus mempunyai keberanian dan
kepedulian mengenai kelemahan yang masih terdapat dalam inplementasi program
pembelajaran yang di kelolanya. Guru harus mampu merenung, berfikir, dan merefleksi mengenai apa saja kekurangan yang telah dilakukannya dalam proses
pembelajaran dalam rengka mengidentifikasi hal-hal yang mungkin ada
kelemahannya.
2. Formulasi
solusi dalam bentuk hipotesis tindakan
Hipotesis merupakan suatu dugaan awal
yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Dari suatu hipotesis dapat
dilihat bahwa suatu tindakan diduga akan dapat memecahkan masalah yang
diteliti.
Dalam penelitian tindakan kelas
hipotesis menyatakan, “jika tindakan ini dilakukan dengan baik maka tindakan
ini merupakan suatu pemecahan masalah yang baik” atau “jika suatu tindakan
dilakukan dengan baik maka tindakan tersebut merupakan perbaikan atau
pengembangan atas sesuatu”.
3. Perencanaan
tindakan
Di dalam langkah persiapan ini, peneliti
membuat rancangan tindakan pemecahan masalah yang hendak dilaksanakan. Oleh
karena itu, peneliti perlu membuat rancangan dan prosedur implementasinya
dengan tahap kegiatan sebagai berikut.
a) Perancangan
model PTK sesuai dengan permasalahan. Rencana kegiatan tindakan dan keadaan
atau situasi kelas diatur sesuai dengan langkah-langkah tindakan yang akan
dilakukan.
b) Pengidentifikasian
komponen-komponen pendukung yang diperlukan.
c) Penyusunan
rancangan tindakan sesuai dengan model PTK dan jadwal.
d) Persiapan
segala sesuatu yang diperlukan untuk melaksanakan tindakan, seperti kondisi
situasi, materi, alat perangkat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Penelitian
tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk
mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subyek penelitian di suatu
kelas.
Ruang Lingkup Bidang Kajian Penelitian
Tindakan Kelas yaitu masalah belajar siswaa di sekolah, desain dan strategi
pembelajaran di kelas, alat bantu, media, dan sumber belajar, sistem asesmen
dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran, pengembangan pribadi peserta didik,
pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya, masalah kurikulum.
Langkah-langkah kegiatan penelitian itu
meliputi: mengidentifikasi gagasan/ permasalahan umum, melakukan pengecekan di
lapangan membuat perencanaan umum, mengembangkan tindakan pertama, mengimplementasikan
tindakan pertama, mengevaluasi, merevisi perencanaan, untuk tindakan kedua,
dst.
3.2 Saran
Kita
sebagai guru sebaiknya mengetahui dan memahami Penelitian Tindakan Kelas agar
mampu memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z. (2010). Metedologi penelitian pendidikan.
Surabaya: Lentera Cendekia.
Igak Wardhani, d. (2007). Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Universitas Terbuka .
Madya, S. (2009). Teori dan Praktik Penelitian Tindakan
Kelas. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi
Arikunto, d. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukidin, d. (2002). Manajemen Penelitian Tindakan Kelas.
Insan Cendekia.
Syamsuddin, AR. & Vismaia, S. (2011)
Metode Penelitian Pendidikan Bahasa.
Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA
Trianto. (2011). Panduan Lengkap Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.